1.867 Warga Subulussalam Mengidap Penyakit Paru-paru

Selama 2019, sebanyak 1.867 warga Subulussalam, Aceh mengidap penyakit menular yang berhubungan dengan paru-paru.
Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam yang berada di Jalan Syekh Hamzah Fansuri, Desa Subulussalam Barat, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Kamis 16 Januari 2020. (Foto: Tagar/Nukman)

Subulussalam - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam, Aceh mencatat sebanyak 1.867 pasien mengidap penyakit menular yang berhubungan dengan paru-paru.

Menurut data yang dihimpun oleh petugas survei bagian Pelayanan Medis (Yanmed) RSUD Kota Subulussalam tercatat sepanjang tahun 2019 pasien rawat inap yang berhubungan dengan kasus paru-paru dengan jenis penyakit Paru Obstruksi Kronis sebanyak 537 orang, Pneumonia sebanyak 502 orang dan Tb Paru sebanyak 292 orang. Sedangkan pasien rawat jalan tercatat sebanyak 536 orang dengan jenis penyakit Paru Obstruksi Kronis.

Menanggapi kasus kesehatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Subulussalam, Munawaroh mengatakan tingginya angka warga pengidap penyakit paru-paru disebabkan oleh rendahnya kesadaran terhadap menjaga pola kesehatan diri dan kesehatan lingkungan sekitar.

"Tidak teraturnya pola makan dan pola hidup serta abainya terhadap kesehatan lingkungan merupakan indikator utama dapat terjadinya suatu penyakit yang mengganggu kesehatan termasuk yang berhubungan dengan paru-paru pada tubuh manusia," kata Munawaroh kepada Tagar saat ditemui di kantornya, Kamis, 16 Januari 2020.

Terkait kasus-kasus kesehatan tersebut menurut Munawaroh pada tahun 2020 ini pihaknya akan melakukan penguatan Pospindu di setiap desa, sebab selama ini dari 82 jumlah desa belum semuanya didapati Pospindu.

"Tahun 2020 kita akan melakukan penguatan Pospindu di setiap desa. Kita pastikan pada tahun 2020 ini seluruh desa sudah memiliki Pospindu guna memberikan skrining kepada masyarakat dan termasuk upaya-upaya pencegahan penyakit menular," tuturnya.

Tidak teraturnya pola makan dan pola hidup serta abainya terhadap kesehatan lingkungan.

Ia berharap dukungan semua pihak terutama aparatur desa untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama guna membantu tugas-tugas tim kesehatan dan program-program Dinas Kesehatan kepada masyarakat. Kesehatan adalah hak dasar setiap individu, oleh karenanya ia mengharapkan peran aktif kepala desa dan jajarannya untuk memperhatikan kasus-kasus kesehatan tersebut.

"Kita punya program, tapi dinas tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan lintas sektor yang ada," katanya.

Sementara Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Irhamni mengatakan untuk menekan angka kasus tersebut pihaknya secara aktif telah melaksanakan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat secara rutin dengan turun langsung ke desa-desa melalui Pos Pembinaan Terpadu (Pospindu) memberikan pemeriksaan kesehatan (Skrining) dan penyuluhan secara gratis kepada warga dari usia 15 tahun ke atas.

"Kami dari P2P secara rutin setiap bulannya turun ke desa-desa guna memberikan skrining kepada masyarakat sebagai tindakan deteksi dini kesehatan masyarakat, selain itu kami juga memberikan penyuluhan pencegahan," ucap Irhamni.[]

Baca juga: 

Berita terkait
Aceh Termiskin di Sumatera, Ini Alasannya
Faktor utama penyebab Aceh menjadi provinsi termiskin di Pulau Sumatera akibat tidak meratanya dana desa maupun otonomi khusus (otsus).
BMKG Minta Masyarakat Aceh Waspada Kebakaran Lahan
Empat titik panas terpantau di Aceh, BMKG minta masyarakat tidak membuka lahan dengan metode membakar.
Gara-gara BBM, Rumah Janda di Abdya Aceh Terbakar
Kebakaran terjadi di rumah milik Khairiah (43 tahun) warga Desa Tokoh, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.