Untuk Indonesia

1.300 Tahun Silam Dinar-Dirham Dipakai untuk Transaksi di Sumatera

Penggunaan dinar dan dirham di suatu kawasan kosmopolitan kuno di Sumut, di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah.
Sejarwan dari Universitas Negeri Medan Ichwan Azhari. (Foto: Tagar/Ist)

Oleh: Ichwan Azhari*

Sedang viral dan heboh di media sosial belakangan ini, perihal penggunaan dinar dan dirham di Depok, Jawa Barat yang mendapat reaksi dari Bank Indonesia. Undang-undang menyebutkan dilarang menggunakan mata uang selain rupiah dalam transaksi dagang di Indonesia.

Tapi jauh sebelum Republik Indonesia ada, dinar dan dirham dipakai di banyak tempat di Nusantara. Dan yang tertua, yang paling jauh jaraknya dari masa kini adalah penggunaan dinar dan dirham di suatu kawasan kosmopolitan kuno di Sumatera Utara, di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah.

Desa yang dalam Indonesia modern menyerupai kampung yang terkucil itu, tidak bisa dimasuki mobil. Untuk mencapainya harus jalan kaki melewati jembatan gantung sepanjang dua ratus meter, menyeberangi muara Sungai Lumut.

Koin dirham abad pertama Hijriah (abad ke-7 Masehi) temuan warga desa ini dikoleksi dua museum di Medan, yakni Museum Uang Sumatera (MUS) dan Museum Sejarah Al Qur'an Sumatera Utara (Musasu).

Koin dinar dan dirham kuno dari desa ini ditemukan secara kebetulan oleh warga penambang emas tradisional sejak tahun 2018, jumlahnya mencapai ratusan. 

Selain di dua museum yang disebut tadi, sebagian disimpan di Balai Arkeologi Sumatera Utara, Medan, di kantor Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Tapanuli Tengah di Pandan, Pedir Museum di Aceh, Fadli Zon Library di Jakarta, Sultanat Institut di Solo dan pada kolektor di Jakarta, Jawa, Aceh, Medan dan Malaysia.

Tentu menjadi tanda tanya besar bahkan misteri, kenapa ratusan koin dinar dan dirham era Dinasti Umayyah dan Abassiah ini ditemukan para penambang emas tradisional di desa kecil ini?

Desa yang tidak dikenal saat ini tapi yang lokasinya satu garis lurus berjarak sekitar 70 Km sebelah selatan bandar kuno legendaris Barus, Tapanuli Tengah, Sumut.

Desa ini memiliki kawasan bernama Bongal, areal berupa endapan lumpur yang di dasarnya, sedalam tiga meter lebih, terdapat bekas permukiman kuno dengan jutaan fragmen peradaban yang mengejutkan di sebuah kota kuno yang hilang.

Eskavasi Balai Arkeologi SumutEskavasi Balai Arkeologi Sumatera Utara dipimpin oleh Dr Ery Soedewo. Eskavasi ini masih berlangsung hingga 30 Januari 2021. (Foto: Tagar/Ichwan Azhari)

Situs Bongal di desa Jago-jago ini pada dasarnya merupakan situs kota perdagangan dan industri kuno yang sangat ramai didatangi ratusan bahkan mungkin ribuan kapal asal Timur Tengah, India, Cina, juga dari wilayah Sriwijaya.

Transaksi moneter internasional juga berlangsung di situs Bongal ini. Bukan hanya koin Umayyah dan Abassiah yang ditemukan, tapi juga koin dari India era Pandyas, koin Cina Dinasti Tang, serta koin Sriwijaya.

Kini Desa Jago-jago dengan ratusan temuan dinar dan dirham dari abad 7-8 Masehi, membuat sejarah akan terperangah

Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Utara bekerja sama dengan PT Media Literasi Nesia/Islam Today Jakarta, sejak 18 Januari 2021 sampai 30 Januari 2021 sedang melakukan eskavasi di situs temuan baru yang luar biasa ini.

Sekalipun berjarak tidak terlalu jauh dari Barus, tapi situs ini dipastikan jauh lebih tua di banding Barus. Di Barus tidak ditemukan koin dinar-dirham Dinasti Umayyah dan Abassiah yang ratusan ditemukan di kampung kecil ini.

DirhamDirham. (Foto: Tagar/Ichwan Azhari)

Papan pecahan kapal dan pemukiman kuno dari situs ini sudah diteliti di laboratorium di Amerika oleh Balar Sumut, dengan hasil akurat, terbukti kayunya merupakan jejak peradaban kuno berasal dari abad ke-7 Masehi.

Bukan hanya ditemukan dinar dan dirham di situs spektakuler ini, bahkan alat ukur satuan dinar dan dirham dari Timur Tengah bernama Ukiyyah, juga ditemukan. Jadi ada semacam lembaga keuangan kuno yang mengontrol sistem moneter yang berlangsung di sini.

Penemuan situs yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai cagar budaya nasional bahkan level internasional ini tak lama lagi akan memasuki penulisan baru historiografi Indonesia, khususnya era masuknya peradaban Islam di Indonesia.

Sebuah buku baru berjudul Sejarah Islam di Nusantara, tulisan sejarahwan otodidak Abu Bakar Bamuzaham, yang berisi temuan Islam situs Bongal ini, segera akan diluncurkan. Abu Bakar sendiri awalnya seorang jurnalis, dia adalah direktur lembaga yang mendanai eskavasi Balar ini.

Situs ini menguatkan hipotesa seminar pertama masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan tahun 1963, bahwa Islam masuk sejak abad pertama di Indonesia. Tempatnya, buktinya belum jelas waktu itu.

Kini Desa Jago-jago dengan ratusan temuan dinar dan dirham dari abad 7-8 Masehi, membuat sejarah akan terperangah. Apalagi mulai ada tanda-tanda diduga jejak Kristen Nestorian kuno abad ke-7, artefaknya mulai ditemukan juga di sini.

Di tengah hutan rawa berlumpur, di tepi lobang gali tambang emas tradisional situs Bongal ini, saya pada Agustus 2020 lalu, terduduk gusar menatap puluhan warga mendulang emas di sela-sela runtuhan tiang permukiman kuno abad ke-7 Masehi.

Dari tepi kotak galian penambang emas itu saya merenung dan kemudian jelas sia-sia, tak menemukan nama Bongal, Jago-jago, Badiri, dalam literatur kuno manapun. 

Seperti saya paparkan dalam FGD Islam dan jalur rempah di UINSU pada 22 Desember 2020, dalam peta jalur pelayaran kuno yang saya selidiki, tempat ini tidak terdeteksi. Peta Belanda yang rajin jelajah situs pun kosong tak mencatat tempat ini. Sebuah kota kuno dunia yang tidak terdapat pada peta manapun.

Jadi, apa nama tempat ini dulu? Tunggulah, sejarah selalu harus ditulis ulang berdasar temuan-temuan terbaru. []

*Ichwan Azhari adalah seorang sejarawan, pengajar, dan ahli filologi Indonesia dari Universitas Negeri Medan.

Tulisan asli diunggah di Facebook dengan judul: 1300 Tahun Lalu Dinar-Dirham Dipakai Untuk Transaksi di Desa Jago-jago, Sumatera (Sebelum Indonesia Ada)  

Berita terkait
Bank Indonesia Luncurkan Aplikasi Chat LISA
Bank Indonesia melakukan terobosan baru, dengan meluncurkan aplikasi Chatbot LISA (Layanan Informasi Bank Indonesia).
Infografis: BRI dan 3 Bank Terbaik di Indonesia
Banyak bank di Indonesia, milik negara, juga ada milik swasta. Di antara sekian banyak bank, BRI dan 3 bank masuk peringkat terbaik. Ini datanya.
Bank Indonesia Sebut Perekonomian Yogyakarta Mulai Pulih
Bank Indonesia menyebut perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini parameternya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.