1 dari 3 Staf Parlemen Australia Korban Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual dan intimidasi tersebar luas di parlemen Australia, dan mempengaruhi anggota parlemen dan staf
Mantan staf pemerintah Brittany Higgins, berbicara secara terbuka terkait perkosaan yang dilakukan oleh seorang rekan di kantornya, di depan para pengunjuk rasa yang berdemo, menentang kekerasan seksual, 15 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Jakarta – Pelecehan seksual dan intimidasi tersebar luas di Parlemen Australia, dan mempengaruhi anggota parlemen dan staf. Begitu salah satu kesimpulan dari sebuah penyelidikan tingkat tinggi terhadap budaya seksis di lembaga tersebut.

Setelah penyelidikan selama tujuh bulan, sebuah laporan yang didukung pemerintah, Selasa, 30 November 2021, menyebutkan, satu dari tiga orang yang saat ini bekerja di parlemen "telah mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual saat bekerja di sana". Itu termasuk 63% anggota parlemen perempuan negara itu.

Salah satu dari 1.700 orang yang diwawancarai dalam laporan itu mengatakan, budaya seksis telah dibiarkan eksis di parlemen. Ia mengungkapkan, sejumlah politisi pria, misalnya, tak sungkan mencium bibir, menyentuh, menepuk pantat, atau berkomentar tentang penampilan rekan perempuannya.

gedung parlemen australiaTrem kuno Melbourne melewati Gedung Parlemen Victoria di Melbourne, Australia, 13 Juni 2017 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Jason Reed)

Laporan tersebut membuat 28 rekomendasi termasuk tuntutan adanya pengakuan resmi dari para pemimpin politik; target untuk meningkatkan keragaman gender; dan upaya proaktif untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan staf dan anggota parlemen perempuan.

Penyelidikan itu dilangsungkan menyusul kemarahan yang meluas atas dugaan pemerkosaan terhadap staf parlemen, Brittany Higgins, di sebuah kantor kementerian, setelah keluar malam dengan rekan-rekannya dari Partai Liberal yang konservatif.

Tuduhannya yang saat ini masih dalam proses pengadilan, memicu demonstrasi nasional dan tuntutan untuk reformasi.

gedung parlemen Victoria di MelbournePolisi berjaga di tangga menuju gedung parlemen Victoria di Melbourne, 30 September 2021, di tengah pandemi Covid-19 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Higgins, Selasa, 30 November 2021, menyambut baik laporan tersebut dan berterima kasih kepada banyak orang yang berani untuk berbagi cerita atas apa yang mereka alami dan lihat.

"Saya berharap semua pihak tidak hanya berkomitmen, tetapi juga menerapkan rekomendasi ini secara penuh," katanya dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui Universitas Nasional Australia, di mana ia sekarang menjadi dosen tamu.

Senator dari Partai Hijau Sarah Hanson-Young menggambarkan laporan itu sebagai "pengungkapan budaya seksis dan pelecehan dalam politik".

"Statistik dan komentarnya mengejutkan, tetapi bagi banyak perempuan di parlemen, itu tidak mengejutkan dan sesuai dengan pengalaman kami sendiri," katanya (ab/uh)/AFP/voaindonesia.com. []

Terlibat Skandal Seks, Warga Australia Desak Perdana Menteri Joyce Mundur

Kekerasan Seksual Terhadap Lansia di Panti Jompo Australia

Perempuan Australia Tuntut Keadilan dan Kesetaraan Gender

UU Baru Vatikan Kriminalisasi Pelaku Pelecehan Seksual

Berita terkait
Kekerasan Seksual Terhadap Lansia di Panti Jompo Australia
Diperkirakan setiap minggu terjadi 50 kali serangan seksual terhadap lansia (orang lanjut usia) di panti-panti jompo di wilayah Australia