Kampanye Hitam Pilkada Dimulai di Makassar

JPPR Sulawesi Selatan menyebutkan maraknya kampanye hitam maupun kampanye negatif di Media Sosial (Medsos) antarpendukung masing-masing Bakal Calon Gubernur
Kampanye Hitam. Sejumlah berita-berita dan infomasi yang menyudutkan masing-masing Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, marak terjadi. Para oknum-oknum ini melempar dimedia sosial berita tidak benar untuk mematikan citra kandidat tersebut yang diserang. Tidak tanggung-tanggung dalam sehari sebaran berita-berita hoax yang tidak mendidik itu sengaja disebarkan mereka untuk menjatuhkan lawan agar kepercayaan publik jatuh kepada kandidat yang dimaksud. Padahal, beberapa Bakal Calon belum bisa dipastikan maju karena belum mendaftar sebagai kontestan Pilgub Sulsel 2018 nanti. (Foto: Ilustrasi)

Makassar, (Tagar 6/10/2017) - Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan menyebutkan maraknya kampanye hitam maupun kampanye negatif di Media Sosial (Medsos) antarpendukung masing-masing Bakal Calon Kepala Daerah Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan, dinilai mencederai demokrasi dan tidak mendidik.

"Untuk skala paling besar kami amati paling banyak di facebook. Media sosial sejuta umat ini nampaknya menjadi sarana agitasi dan propaganda antarpendukung kandidat Pilgub Sulsel," ujar Koordinator JPPR Sulsel, Zulfiikarnain Tallesang, di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/10).

Serangan tersebut dengan saling menghujat, lanjutnya, dengan memposting link berita. Bahkan parahnya, dari pantauan beberapa diantaranya melempar berita informasi tidak benar atau hoax dan menggunakan akun palsu.

"Mereka menyasar ke grup-grup facebook yang memiliki anggota hingga 500 ribu akun. Selain facebook, kami juga amati di media sosial instagram, twitter, termasuk whatsapp," ungkap dia. Menurut dia, dengan strategi memberikan informasi tidak benar dengan saling menyerang satu sama lain, akan berdampak buruk bagi kualitas demokrasi di Sulsel yang tengah dibangun saat ini.

Pria yang disapa akrab Zul ini, menilai bisa saja akun-akun propaganda itu digerakkan oleh simpatisan. Atau bahkan terorganisir dengan rapi sehingga menyerang dengan opini yang tidak berdasar. Untuk itu, alumni Ilmu Politik Unhas ini menekankan pentingnya pendidikan politik.

Mesti ada upaya-upaya untuk mendidik pemilih agar tidak terjebak dalam kampanye hitam dan kampanye negatif, utamanya pemilih pemula. Karena mereka pengguna medsos paling banyak, harus ada upaya untuk menyelamatkan mereka dari cara berpikir buruk berdemokrasi," ujarnya menyarankan.

Sebelumnya, sejumlah berita-berita dan infomasi yang menyudutkan masing-masing Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, marak terjadi. Para oknum-oknum ini melempar di media sosial berita tidak benar untuk mematikan citra kandidat yang diserang.

Tidak tanggung-tanggung dalam sehari sebaran berita-berita hoax yang tidak mendidik itu sengaja disebarkan untuk menjatuhkan lawan. Padahal, beberapa Bakal Calon belum bisa dipastikan maju karena belum mendaftar sebagai kontestan Pilgub Sulsel 2018 nanti.

Diketahui, sudah ada dua pasangan Bakal Calon yang menyatakan maju bertarung di Pilgub Sulsel 27 Juni 2018, seperti Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz), Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka), sementara kandidat lainnya digadang-gadang berpasangan yakni Agus Arifin Nu'mang-Aliyah Mustika Ilham (Agus-Ami). Belum memilih pasangan Nurdin Abdullah, Ni'matullah, Abdul Rivai Ras, dan Andi Nurpati. (rif/ant)

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.